Siapa
tak kenal Kartini? Jawabnya, tentu, hampir semua rakyat Indonesia mengenal
sosok dan kiprahnya. Melalui lirik lagu “Kartini”, sosok Kartini menjadi ikon “Putri
sejati, Putri Indonesia, Pendekar bangsa, Pendekar kaumnya Untuk merdeka”.
Oleh karena
itu, di setiap 21 April semua elemen masyarakat di negeri ini selalu
memperingati Hari Kartini. Warga Tionghoa sebagai bagian rakyat Indonesia, tak
mau ketinggalan turut ambil bagian dalam merayakannya. Salah satunya peringatan
Hari Kartini yang diselenggarakan oleh Perhimpunan
Indonesia Tionghoa (INTI) Cabang Madiun, belum lama ini.
Ketua Perhimpunan
INTI Madiun, Wahju Widajat, mengatakan bahwa pada tahun ini, Perhimpunan INTI
Cabang Madiun bekerjasama dengan Sekolah Nasional Tiga Bahasa Mitra Harapan
Madiun turut memperingati Hari Kartini dengan tema: "Semangat Kartini
Dalam Keanekaragaman Budaya Indonesia".
Kepada
China Town, Wahju menjelaskan bahwa maksud dan tujuan digelarnya acara tersebut
untuk mengajak generasi muda agar tidak melupakan sejarah perjuangan Kartini.
Terutama, perjuangan perempuan untuk kemerdekaan dan pentingnya emansipasi
wanita serta memperjuangkan hak-hak perempuan di tengah-tengah keragaman budaya
Indonesia.
“Pada
tahun ini, acara peringatan Hari Kartini, kami kemas dalam beragam kegiatan dan
lomba yang diperuntukan anak sekolah playgroup, TK (Taman Kanak-Kanak) sekolah
dasar dan masyarakat umum” ungkapnya.
Harapannya,
ungkap Wahju, sejak usia dini, generasi bangsa sudah terbiasa berani tampil,
bersemangat untuk maju, berani menunjukkan eksistensi dan bakatnya di berbagai
bidang dan selalu mengukir prestasi yang membanggakan.
“Selain
itu, juga para generasi muda Indonesia, sudah mengenal, dan bisa menghormati
jasa para pahlawan dengan cara meneladani semangat para pahlawan Indonesia. Sehingga,
semangat persatuan dan kesatuan bangsa dalam keanekaragaman budaya dapat dimiliki,”
imbuhnya.
Sementara itu, Hendro Gunawan, Ketua panitia acara, mengatakan, lomba dihelat mulai
21-22 April, diikuti 618 peserta, dari berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Tangerang, Manado dan Madiun,
bertempat di Sekolah Tiga Bahasa Mitra Harapan dan Hall Hotel Merdeka Madiun,
dengan berbagai macam kategori lomba, yaitu lomba menyanyi, busana
kartini-kartono cilik, telling story dengan menggunkan tiga bahasa,
yaitu Indonesia, Inggris dan Mandarin, lomba mewarnai dan foto, untuk
anak usia 4-12 tahun. Sedangkan, lomba melukis diikuti oleh anak usia 10-12
tahun.
“Setiap anak yang mengikuti lomba wajib
membayar uang pendaftaran mulai 35 ribu sampai 65 ribu bergantung jenis lomba
yang diikuti. Untuk pemenang, mendapatkan trophy, piagam dan total uang
pembinaan sebesar Rp. 14 juta lebih. Panitia juga menyediakan doorprize,
seperti TV, DVD, dan MP3”, katanya.
Kategori juara yang diperebutkan untuk
masing-masing kategori lomba, terdiri dari juara 1-3, harapan 1-3, yang dibagi
dalam tiga kategori tingkat pendidikan, yaitu tingkat playgroup-Taman
Kanak-Kanak, tingkat kelas 1-3 sekolah dasar dan tingkat kelas 4-6 sekolah
dasar. Sehingga ada 132 trophy dan piagam yang disediakan panitia. Sedangkan,
setiap pemenang rata-rata mendapat uang binaan sebesar Rp. 200-350rb.
Juri lomba terdiri dari para praktisi
dan akademisi yang kompeten di bidangnya, salah satunya untuk lomba telling
story bahasa mandarin, juri dari dosen Universitas Widya Kartika dari
Tiongkok, Badan Koordinasi Bahasa Mandarin Jawa Timur, untuk telling story bahasa
Inggris, panitia bekerjasama dengan lembaga bahasa inggris EF, sedangkan lomba
menyanyi juri dari group kemuning Surabaya.
Hadir dalam acara perwakilan dari dinas
pendidikan, kepemudaan dan olah raga Madiun, pendiri Yayasan Mitra Harapan,
ketua Inti Jatim, dan pengurus, ketua Inti Cabang Nganjuk, Jombang dan
Surabaya. Fitriana Utami Dewi