Tuesday, April 21, 2015
Sunday, June 24, 2012
Perempuan Madura
Sunday, June 24, 2012
No comments
Mencintai dan keinginan untuk dicintai adalah hal yang sangat manusiawi. Semua orang pasti merasakannya. Cinta yang pertama kali kukenal adalah cinta ibuku. Ketulusan serta pengorbanannyalah yang membuatku terlahir dan hidup seperti saat ini.
Sebuah hikayat usang pernah berkata “Cinta itu buta.
Seringkali karena cinta orang bisa melakukan hal yang tidak rasional”. Bisa
jadi itulah gambaran sederhana dari apa yang aku rasakan pada ibuku. Perempuan
tangguh yang dari rahimnyalah, Tuhan memberiku kehidupan. Aku terlahir dari
sebuah keluarga sederhana, asli keturunan madura. Bagi orang madura kehormatan
adalah segalanya. Dengan semboyan yang karib kita kenal ‘lebih baik putih
tulang daripada putih mata’ (lebih baik mati daripada menanggung malu). Itulah
kenapa tidak salah jika kebanyakan orang madura identik dengan ‘carok’.
Carok adalah sebuah adu tanding yang kerapkali disebabkan
hal-hal sepele tapi menyentil kehormatan dan harga diri. Namun terlepas dari
semua itu, aku tetap bangga terlahir sebagai perempuan madura, yang kata orang
terkenal tangguh dan tahan banting. Kumerenung dan berpikir. Lima tahun lalu,
ketika aku lulus dari bangku SMA. Untuk pertama kalinya ketangguhanku diuji.
Aku dihadapkan pada sebuah pilihan yang dilematis. Pernikahan. Yah, sebuah
lamaran datang pada orang tuaku. Satu hal yang juga aku pelajari sebagai
perempuan madura adalah ‘surga kami ada pada pengabdian kami’. Dan pengorbanan
awalku tentu saja untuk keluargaku, ibuku. Karena alasan itulah, menolak
menjadi momok yang mengerikan bagiku. Meski menerima perjodohan ini juga bukan
hal yang menyenangkan.
Pilihan ini teramat sulit. Karena apapun pilihannya aku
tetap ada di pihak yang kalah. Menikah, harusnya menjadi moment yang indah bagi
setiap pasangan yang hendak menjalaninya. Namun tak demikian yang kurasakan,
ketika aku dihadapkan pada kenyataan aku harus mengubur rapat keinginanku untuk
mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Apalagi berkarir. Namun menolak
perjodohan ini juga bukan solusi indah yang bisa ditawarkan. Karena bisa jadi
aku justru akan menjerumuskan keluargaku pada sesuatu yang disebut su’ul adab
(tata krama yang tidak baik). Usia 19 tahun dianggap telah cukup matang untuk berumah
tangga. Sehingga menjadi hal yang tidak baik menolak sebuah lamaran. Dengan
asumsi, ibuku menikah dengan ayah di usia 13 tahun.
“Nduk...jika memang
kamu ingin kuliah setelah menikahpun masih bisa,” sebuah kalimat yang teramat
sulit untuk kucerna. Namun pada akhirnya, aku adalah perempuan madura yang
terlahir dengan surga karena pengabdiaannya. Aku memilih menjalani pengabdian
pertamaku dengan harapan akan ada surga kelak untukku.
*****
Akupun menjalani
peran sebagai calon istri orang. Calon suamiku seorang yang humoris dan pekerja
keras. Setidaknya itulah yang kudengar dari keluargaku. Meski dihadapanku, ia
tak lebih sebagai sosok yang pendiam dan murung. Huuh..mungkin aku belum
mengenalnya? Kucoba menghibur diri sendiri.
Hingga hari
pernikahan kami pun ditentukan. 7 hari setelah hari raya. Suasana sibuk di
sana-sini. Di rumahku, dan tentu saja di rumah calon suamiku. Suatu ketika aku
diminta untuk bertandang kerumah calon suamiku. Sekadar untuk menjalin
keakraban dengan keluarga besarnya. Orang-orang yang kelak juga akan menjadi
keluargaku. Aku menjalaninya dengan ritual yang aneh. Aku tak boleh bertatap
muka dengan calon suamiku hingga hari pernikahan. Ritual yang kemudian
kuketahui disebut ‘pingitan’. Aku menurut saja.
Di kalangan
keluarganya aku terbilang cukup pandai bergaul. Ini terbukti, hampir seluruh
keluarganya sangat welcome padaku. Beberapa keponakannya bahkan telah fasih
memanggilku dengan sebutan ‘tante’. Mereka anak-anak yang sangat lucu dan
menggemaskan. Mereka akan jadi sahabat kecilku. Kupikir.
Namun Tuhan
menyadarkan aku akan sesuatu. Manusia bisa saja berkehendak namun pada akhirnya
DIA-lah yng akan menentukan jalan yang terbaik. Aku kembali dihadapkan pada
sesuatu yang menguji ketangguhanku. Juga pengabdian yang kujalani. Aku mendapatkan
jawaban atas sikap calon suamiku yang terkesan dingin. Dia tak pernah
mencintaiku. Dia mungkin juga sama sepertiku, tengah menjalani pengabdian yang
terkadang memang sangat menyesakkan.
“aku menyayangimu,
tapi apa gunanya?? Kau sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah. Dia
perempuan yang pantas untuk menjadi ibu dari anak-anakmu. Kau pasti bahagia
dengannya. Lupakan aku!”. Tanpa sengaja aku mendengar sebuah pembicaraan dari
bilik kamar mandi. Dan siapa yang sangka jika itu adalah calon suamiku dan
seorang perempuan, yang aku tahu masih sepupu calon suamiku.
Mereka kaget dengan kehadiranku yang tiba-tiba. Sekaget aku
ketika mendengar kalimat yang seolah meruntuhkan bangunan cinta dan pengabdian
yang baru saja hendak kubangun. Aku tidak tahu, dengan bahasa apa aku harus
mengungkapkan perasaanku kala itu. Satu-satunya yang terlintas di otakku
adalah... Aku ingin pulang!. Dan benar, aku pulang tanpa pamit pada siapapun.
Aku pulang. Tapi aku
tak menceritakan apapun pada keluargaku. Aku tak sanggup, meski hanya sekedar
membahasakan kegalauan hatiku. Biarlah mereka yang menjelaskan. Malam harinya,
sebuah pertemuan keluarga terjadi. Aku sengaja tak keluar kamar andai bukan
karena ibu meminta untuk ikut dalam pertemuan itu. Kepalaku pening waktu itu.
Dengan kendali diri yang masih tersisa, aku berusaha tampil setegar mungkin.
Aku masih sempat menyalami calon mertuaku. Huh... berat sekali sebutan itu!.
Sebelum akhirnya memutuskan duduk di samping ibuku. Aku menggenggam tangannya.
Ibu... bantu aku! Batinku.
“Nak, semua keputusan
kami serahkan padamu....”. suara itu berasal dari ayah calon suamiku. Aku
menarik nafas panjang. Mencoba membuang beban yang menyesakkan dadaku. “Ibu....
ibu tahu aku menjalani semua ini untuk ibu. Jika menurut ibu aku akan bahagia
dengan menjalaninya. Aku akan menjalaninya”. Hanya itu, kalimat yang muncul
dariku. Lantas aku kembali ke kamarku. Air mataku tak lagi bisa kubendung. Dan
aku tak ingin ibu melihatnya. Meski akupun sadar, ibu tahu jika aku menangis.
*****
Kini, segalanya telah
lain. Seperti yang pernah kubilang, ‘Tuhan tahu yang terbaik’. Aku bukan lagi
calon istri orang. Bukan lagi perempuan yang karena keluguannya menjadi benalu
dalam batin orang lain. Aku bebas. Bebas dari ikatan tanpa cinta.
Namun, benar kata orang
China, dalam kehidupan ini selalu ada unsur yin dan yang (negatif dan positif).
Itulah yang membuat kehidupan ini seimbang. Aku memang telah bebas dari ikatan
yang mencekik leher, tapi tak berarti aku bebas dari masalah. Kenyataannya, aku
dan keluargaku pun tetap berada di pihak yang salah. Karena memutuskan untuk
mengakhiri ikatan tersebut. Sebuah keputusan yang mempertaruhkan harga diri dan
martabat keluargaku.
Kuputuskan untuk
tidak memikirkannya. Tentu saja bukan tanpa alasan. Tapi lagi-lagi karena ibuku
dan untuk ibuku. Aku berjanji menjalani kehidupan dengan sebaik-baik yang bisa
aku lakukan. Aku akan terus berusaha tidak akan mengecewakanmu ibu.
Seketika itu pula
seuntai puisi terucap: Teriknya sinar mentari// Menusuk tajam dalam mataku//
Membuatku tersilaukan// Rona indah sebuah pengabdian// Langkah lemah bagai
duri// Yang menancap.... menghujam jantungku// Dan menghancurkanku// Aku
tersenyum menahan luka// Yang hampir berdarah.....dan// Semua untukmu ibu.***
Oleh: Fitriana Utami Dewi, alumni S2 Ilmu Komunikasi Universitas
Airlangga.
PMTS Gelar Lomba Barongsai
Sunday, June 24, 2012
No comments
Banyak
jalan menuju Roma. Banyak pula cara dalam menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-719
kota Surabaya. Bagi warga Tionghoa Surabaya yang tergabung dalam Paguyuban
Masyarakat Tionghoa Surabaya (PMTS), cara tepat untuk memeriahkannya dengan
menggelar perlombaan Barongsai se-Indonesia.
Kepada
ChinaTown, Tjai Joe Fon, bendahara panitia acara, mengatakan bahwa maksud
dan tujuan digelar acara perlombaan Barongsai merupakan event tahunan untuk menyemarakkan
HUT kota Surabaya. “Lomba Barongsai ini sebagai bagian partisipasi warga Tionghoa
Surabaya mencintai kota Pahlawan. Lomba ini sudah kami selenggarakan keempat
kalinya” ungkapnya.
Tjai
Joe Fon menambahkan bahwa selain lomba Barongsai, kami juga menggelar beberapa
acara seperti kirab budaya, dan karaoke mandarin untuk meramaikan sekaligus
menyambut HUT Kota Surabaya.
Sementara
itu, Gundraynie, wakil ketua panitia, menjelaskan bahwa acara lomba Barongsai
selalu menarik perhatian publik di negeri ini. “Tahun ini, perlombaan barongsai
diikuti 20 tim barongsai se-Indonesia. Diantaranya dari Surabaya, Pamekasan,
Malang, Tuban, Kudus, Ujung Padang, Tarakan, Jakarta dan lainnya” jelasnya.
Gundraynie
menambahkan bahwa perlombaan barongsai yang digelar mulai 5-6 Mei di Atrium ITC
Surabaya tersebut menggunakan standar penilaian internasional. “Kami mengundang
beberapa juri tingkat internasional untuk memberikan penilaian dalam perlombaan
ini” ungkapnya.
Tjai
Joe Fon mengatakan bahwa atraksi yang dimainkan setiap tim barongsai terbilang unik
dan menegangkan. Karena mereka memang harus bermain di atas tonggak dengan
ketinggian standar international. “Jika mereka terjatuh saat atraksi, maka itu
akan mengurangi nilai,”jelasnya.
Menurut
Tjai Joe Fon, ada beberapa kriteria penilaian yang diberikan juri. Diantaranya tingkat kesulitan, keserasian, ketangkasan,
kecepatan waktu, keseimbangan hingga kesesuaian atraksi dengan alur cerita.
Gundraynie
menjelaskan bahwa setiap pemenang lomba Barongsai ini, biasanya akan dikirim
mewakili Indonesia untuk perlombaan tingkat internasional. “Lomba kali ini
merupakan tahun ke-4, tiga tahun lalu secara berturut-turut, juara Barongsai dari
Tarakan. Sehingga, Tim barongsai Tarakan seringkali mewakili Indonesia untuk
tanding ke luar negeri, seperti di Malaysia dan Tiongkok”, paparnya.
Tjai
Joe Fon berharap, agar barongsai lebih memasyarakat dan tidak hanya
memperebutkan walikota cup, tahun depan perlombaan barongsai bisa menjadi salah
satu ikon olah raga nasional. “Kepada pemerintah, kami berharap perhelatan
barongsai bisa masuk Pekan Olah Raga Nasional (PON),” tuturnya.
Salah
satu penonton lomba barongsai, Pebiniarti mengaku sangat senang dan terhibur. Karena
atraksinya menarik sekali. “Baru kali ini saya melihat pertunjukan barongsai
dengan atraksi yang dilakukan di atas tonggak setinggi kurang lebih empat
meter. Saya tidak menyesal datang dari Malang ke Surabaya untuk menyaksikan
festival barongsai ini”katanya.
Moevia,
penonton lainnya, mengatakan bahwa perlombaan Barongsai kini menjadi salah satu
daya tarik baru bagi masyarakat di Surabaya. “Kami datang sekeluarga mengajak
anak-anak ke ITC ini untuk melihat pertunjukan ini. Ternyata, lomba ini
menghibur sekali. Kami sekeluarga sangat senang. Ke depan, lomba seperti ini
perlu terus dilakukan” harapnya.
Fitriana Utami Dewi.
Perhimpunan INTI Gelar Lomba "Kartini"
Sunday, June 24, 2012
No comments
Siapa
tak kenal Kartini? Jawabnya, tentu, hampir semua rakyat Indonesia mengenal
sosok dan kiprahnya. Melalui lirik lagu “Kartini”, sosok Kartini menjadi ikon “Putri
sejati, Putri Indonesia, Pendekar bangsa, Pendekar kaumnya Untuk merdeka”.
Oleh karena
itu, di setiap 21 April semua elemen masyarakat di negeri ini selalu
memperingati Hari Kartini. Warga Tionghoa sebagai bagian rakyat Indonesia, tak
mau ketinggalan turut ambil bagian dalam merayakannya. Salah satunya peringatan
Hari Kartini yang diselenggarakan oleh Perhimpunan
Indonesia Tionghoa (INTI) Cabang Madiun, belum lama ini.
Ketua Perhimpunan
INTI Madiun, Wahju Widajat, mengatakan bahwa pada tahun ini, Perhimpunan INTI
Cabang Madiun bekerjasama dengan Sekolah Nasional Tiga Bahasa Mitra Harapan
Madiun turut memperingati Hari Kartini dengan tema: "Semangat Kartini
Dalam Keanekaragaman Budaya Indonesia".
Kepada
China Town, Wahju menjelaskan bahwa maksud dan tujuan digelarnya acara tersebut
untuk mengajak generasi muda agar tidak melupakan sejarah perjuangan Kartini.
Terutama, perjuangan perempuan untuk kemerdekaan dan pentingnya emansipasi
wanita serta memperjuangkan hak-hak perempuan di tengah-tengah keragaman budaya
Indonesia.
“Pada
tahun ini, acara peringatan Hari Kartini, kami kemas dalam beragam kegiatan dan
lomba yang diperuntukan anak sekolah playgroup, TK (Taman Kanak-Kanak) sekolah
dasar dan masyarakat umum” ungkapnya.
Harapannya,
ungkap Wahju, sejak usia dini, generasi bangsa sudah terbiasa berani tampil,
bersemangat untuk maju, berani menunjukkan eksistensi dan bakatnya di berbagai
bidang dan selalu mengukir prestasi yang membanggakan.
“Selain
itu, juga para generasi muda Indonesia, sudah mengenal, dan bisa menghormati
jasa para pahlawan dengan cara meneladani semangat para pahlawan Indonesia. Sehingga,
semangat persatuan dan kesatuan bangsa dalam keanekaragaman budaya dapat dimiliki,”
imbuhnya.
Sementara itu, Hendro Gunawan, Ketua panitia acara, mengatakan, lomba dihelat mulai
21-22 April, diikuti 618 peserta, dari berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Tangerang, Manado dan Madiun,
bertempat di Sekolah Tiga Bahasa Mitra Harapan dan Hall Hotel Merdeka Madiun,
dengan berbagai macam kategori lomba, yaitu lomba menyanyi, busana
kartini-kartono cilik, telling story dengan menggunkan tiga bahasa,
yaitu Indonesia, Inggris dan Mandarin, lomba mewarnai dan foto, untuk
anak usia 4-12 tahun. Sedangkan, lomba melukis diikuti oleh anak usia 10-12
tahun.
“Setiap anak yang mengikuti lomba wajib
membayar uang pendaftaran mulai 35 ribu sampai 65 ribu bergantung jenis lomba
yang diikuti. Untuk pemenang, mendapatkan trophy, piagam dan total uang
pembinaan sebesar Rp. 14 juta lebih. Panitia juga menyediakan doorprize,
seperti TV, DVD, dan MP3”, katanya.
Kategori juara yang diperebutkan untuk
masing-masing kategori lomba, terdiri dari juara 1-3, harapan 1-3, yang dibagi
dalam tiga kategori tingkat pendidikan, yaitu tingkat playgroup-Taman
Kanak-Kanak, tingkat kelas 1-3 sekolah dasar dan tingkat kelas 4-6 sekolah
dasar. Sehingga ada 132 trophy dan piagam yang disediakan panitia. Sedangkan,
setiap pemenang rata-rata mendapat uang binaan sebesar Rp. 200-350rb.
Juri lomba terdiri dari para praktisi
dan akademisi yang kompeten di bidangnya, salah satunya untuk lomba telling
story bahasa mandarin, juri dari dosen Universitas Widya Kartika dari
Tiongkok, Badan Koordinasi Bahasa Mandarin Jawa Timur, untuk telling story bahasa
Inggris, panitia bekerjasama dengan lembaga bahasa inggris EF, sedangkan lomba
menyanyi juri dari group kemuning Surabaya.
Hadir dalam acara perwakilan dari dinas
pendidikan, kepemudaan dan olah raga Madiun, pendiri Yayasan Mitra Harapan,
ketua Inti Jatim, dan pengurus, ketua Inti Cabang Nganjuk, Jombang dan
Surabaya. Fitriana Utami Dewi
Saturday, December 05, 2009
Informasi Kuliah Komunikasi Smtr 3 Fak. Dakwah IAIN Surabaya
Saturday, December 05, 2009
No comments
Dear all,
hallo teman-teman komunikasi,
karena kita kurang 3 kali pertemuan tatap muka di kelas dan sesuai dengan jadwal perkuliahan kita untuk matakuliah komunikasi organisasi yang jatuh setiap hari jumat. untuk mengingatkan teman-teman bahwa pada tanggal 18 Desember 2009 kita libur 1 muharram dan jumat depannya lagi kita libur perayaan natal tanggal 25 Desember 2009, maka agar perkuliahan kita tetap berjalan lancar, maka untuk tanggal 18 dan 25 Desember yang seharusnya kita kuliah, tetapi libur nasional, kita ganti pada hari Kamis, 10 Desember, Jumat, 11 Desember 2009 jam pertama (pk.07.00-09.00) dan dilanjut jam kedua (09.00-10.15) atau kalau jam kedua, temana-teman tidak bisa, jam kuliah bisa diganti jam ketiga (pk.11.30-12.15).
untuk ruangan mohon konfirmasi teman-teman, saya tunggu selambat-lambatnya Rabu, 9 Desember 2009 atau hubungi 08564-55-33-206.
terimakasih, mohon respon dari teman-teman komunikasi dan beri tahu pada teman-teman lainnya untuk membuka informasi ini.
salam hangat,
Fitriana Utami Dewi
cp: 08564-55-33-206
hallo teman-teman komunikasi,
karena kita kurang 3 kali pertemuan tatap muka di kelas dan sesuai dengan jadwal perkuliahan kita untuk matakuliah komunikasi organisasi yang jatuh setiap hari jumat. untuk mengingatkan teman-teman bahwa pada tanggal 18 Desember 2009 kita libur 1 muharram dan jumat depannya lagi kita libur perayaan natal tanggal 25 Desember 2009, maka agar perkuliahan kita tetap berjalan lancar, maka untuk tanggal 18 dan 25 Desember yang seharusnya kita kuliah, tetapi libur nasional, kita ganti pada hari Kamis, 10 Desember, Jumat, 11 Desember 2009 jam pertama (pk.07.00-09.00) dan dilanjut jam kedua (09.00-10.15) atau kalau jam kedua, temana-teman tidak bisa, jam kuliah bisa diganti jam ketiga (pk.11.30-12.15).
untuk ruangan mohon konfirmasi teman-teman, saya tunggu selambat-lambatnya Rabu, 9 Desember 2009 atau hubungi 08564-55-33-206.
terimakasih, mohon respon dari teman-teman komunikasi dan beri tahu pada teman-teman lainnya untuk membuka informasi ini.
salam hangat,
Fitriana Utami Dewi
cp: 08564-55-33-206